Thursday, June 24, 2010
Setelah Firefox 3.6 di rilis, beberapa web browser lainnya juga tidak kalah, seperti Google Chrome dan juga Opera. Hal itu tentu menarik bagi pengguna web browser seperti kita, kita bisa memilih mana diantara berbagai web browser yang paling cepat, stabil, ringan dan lainnya.

LifeHacker belum lama ini mengetest perbandingan kecepatan berbagai web browser tersebut. Bagaimana hasilnya ?

Hasil test tidak menunjukkan bahwa salah satu browser unggul di semua kriteria yang digunakan. Berikut ringkasannya :
Boot-up dan Warm loading; Pemenang : Opera !

Test ini untuk mengetahui kecepatan membuka web browser. Loading ketika browser pertama kali dijalankan setelah komputer menyala atau cold start dan loading kedua dan seterusnya (warm start) (grafik: lebih kecil lebih baik)

Tab Loading; Pemenang: Google Chrome (stable)!

Test ini dilakukan dengan membuka 9 tab web browser yang ada dan dilihat seberapa cepat respondnya. (grafik: lebih kecil lebih baik)

Javascript; Pemenang Opera 10.5 Pre-Alpha

Test untuk melihat bagaimana kecepatan dalam menjalankan kode javascript (grafik: lebih besar lebih baik)
DOM/CSS; Pemenang : Chrome (Dev)!

CSS merupakan hal yang tidak dapat dipisah dari website. Di test ini Chrome lebih unggul dari yang lain (grafik: lebih besar lebih baik)

Penggunaan Memory, tanpa tambahan fitur; Pemenang : Firefox 3.6!

Bagi yang sangat memperhatikan penggunaan memori komputer, terlihat Firefox merupakan browser yang paling kecil penggunaan Memory-nya, meski itupun hampir mendekati 100 MB. Jika menggunakan Chrome 4 (Stable), pastikan komputer mempunyai Memory yang besar (grafik: lebih kecil lebih baik)

Penggunaan Memory dengan extentions; Pemenang Firefox 3.6

Masih seperti test sebelumnya, masalah penggunaan memory komputer tetapi dengan tambahan extentions, seperti plugins dan add ons (sebanyak 5 buah). Firefox 3.6 masih tetap unggul (grafik: lebih kecil lebih baik).

Kesimpulan Akhir

Setelah melakukan berbagai test diatas, score akhir yang didapatkan masing-masing browser adalah sebagai berikut ( test penggunaan memory dengan extentions tidak disertakan). Nilai maksimal adalah 35 :

* Google Chrome 4.0.302.3 (dev): 25
* Google Chrome 4.0.249.78 (stable): 24
* Firefox 3.6: 20
* Firefox 3.5.4: 21
* Opera 10.5 Pre-Alpha: 25
* Opera 10.01: 15
* Safari 4.0.4: 19

Meskipun tidak semua kriteria unggul, tetapi google chrome mempunyai score yang paling tinggi. Tetapi hal ini harus dibayar dengan penggunaan memory yang relatif jauh lebih tinggi dari browser seperti Firefox.

Berikut Linknya:
- Google Chrome: http://www.google.com/chrome/eula.html?hl=id

- Mozilla Firefox: http://www.mozilla.com/products/download.html?product=firefox-3.6.4&os=win&lang=id

- Opera: http://www.opera.com/download/get.pl?id=32917&thanks=true&sub=true

- Safari: http://www.google.co.id/url?url=http://www.apple.com/safari/download/&rct=j&sa=U&ei=KIEhTPPLIo-2rAe7l63XDg&ved=0CBcQFjAA&sig2=Z0Ekb_iAkVdERwuvC5gmyQ&q=safari+browser+download&usg=AFQjCNGW6pE2LJrZ_Y-zBy1Amunzbji9cA

Met mencoba.. He he
Wednesday, June 23, 2010
Judul : Balada Tugas Statistik
Karya : Retno Wi

Brakk!!…

Pintu terbuka dengan keras. Sepi. Tak ada siapa-siapa di dalam. Pasti, sebab, penghuni lain sibuk dengan aktivitas di tempat kerja masing-masing. Termasuk dia, kalau saja dia tidak teringat satu hal. Sungguh dia menyesal kenapa tidak menuruti nasihat orang-orang di sekitarnya. Ah, seandainya aku memasang alarm di ponselku. Seandainya aku menuliskan di papan. Seandainya aku…

Oh, mengapa aku mesti menjadi orang pelupa? Bukankah aku masih muda? Apa memang memori otakku terbatas? Aku ingat, otak punya memori yang sangat besar. Setidaknya, aku masih ingat beberapa hal yang aku lakukan di waktu kecil. Artinya, aku masih mampu merekam dengan baik kejadian 15 tahun lalu. Bukankah itu hebat. Tapi, mengapa aku lupa dengan semua tugas yang baru diberikan seminggu lalu? Orang bilang semua itu karena keteledoranku. Benarkah aku teledor?

Brak!!…

Nasib pintu kamar pun tak berbeda dengan pintu ruang depan. Terbuka dengan dorongan keras dan kasar, membuyarkan dialog yang berlangsung antara otak dan hatinya. Dengan napas memburu, tangannya mengobrak-abrik meja kayu penuh tumpukan kertas dan buku. Dia tak peduli dengan buku dan kertas yang barjatuhan akibat ulah kasarnya. Sesekali, matanya melirik jam di dinding kamar. Detik-detiknya terus berjalan, berputar mendorong menit demi menit terlewati. Detak jantungnya seolah ingin mengejar setiap detik yang terlewat cepat. Setiap detik yang selalu menambahkan butiran keringat di dahinya.

“Ah…! Akhirnya ketemu juga.” Desisnya sedikit lega. Sedikit, sebab, waktu yang dimiliki tidak banyak. Disekanya keringat yang semakin berkilat di kening untuk mengurangi kegugupan yang terlalu lama menemani. Dipandanginya tulisan di kertas yang sedang dipegangnya. Terbayang di kertas itu seorang dosen killer berkumis lebat dengan sorot mata tajam ingin menelannya bulat-bulat. Siapa yang mau berurusan dengan dia lagi? Mengumpulkan tugas tepat waktu saja masih mendapat omelan dan sanksi kalau penulisannya tidak sesuai dengan keinginannya. Apalagi kalau telat mengumpulkan? Dan, aku? Dani mencoba mengingat-ingat. Selalu telat mengumpulkan tugas. Alasannya pun bisa ditebak oleh semua orang. LUPA!

“Oh, Tuhan!” dia menepuk jidat dengan keras. Dia segera tersadar dengan masalah yang menerornya. “Bukankah semua jawaban ini ada di buku Statistika. Dan, bukuku… di mana bukuku??”

Dia empaskan pantatnya di kasur. Kedua tangan pucat itu meremas-remas rambutnya dengan kuat. “Sialan si Roni!” kutuknya kesal. Dengan gusar dia menekan keypad ponsel. Mulutnya mengerucut, dahinya berkerut. Mendengarkan nada ponsel yang hanya berbunyi tut..tut…, Dicobanya sekali lagi.

Tuu…ut. Tuu..ut. Tuu..ut. “Halo!? Eh, Dani. Ke mana pula kau, kok nggak nongol di kampus? Kita lagi…” Tak sempat suara di sebrang meneruskan kalimatnya.

“Heh! Mana buku statistiknya! Pinjem buku jangan ngawur dong! Masak yang punya belum ngerjain tugas, masih belom dibalikin. Aku tunggu di rumah sekarang! Bawa buku statistik itu!”

“Hei..! Hei..! Kapan pula aku pinjam bukumu, hah?! Melihatnya pun aku tak pernah!”

“Kapan kau bilang? Siapa yang merengek-rengek minggu lalu setelah kuliah statistik berakhir? Siapa? Emang kucing?!”

“Benar-benar payah kau Dan! Rupanya, kau semakin tua hingga penyakit lupamu kian parah. Ingat-ingatlah yang bener! Atau, jangan-jangan sudah saatnya kau masuk RSJ, biar sembuh. Ha ha ha… !” Klik! Sambungan diputus.

Dani memandingi ponselnya kesal. Dipencetnya sekali lagi nomor Roni.

Maaf, nomor yang Anda hubungi sedang… Klik! Ponsel terlempar di atas bantal. Dia rebahkan badannya. Hatinya melemparkan ratusan kutukan untuk Roni. Dani duduk di tepi dipan. Menatap meja belajarnya yang tak pernah rapi. Kertas-kertas berserakan memenuhi meja. Buku-buku tak lagi berdiri tegak karena buku di bagian tengah deretan diambil Dani. Dia pun membiarkan buku-buku di sebelahnya ambruk. Sebagian buku itu tampak hampir tidur tertumpuk buku lain di sebelah kirinya. Pasti buku yang seharusnya mengisi dan menyangga buku di sebelah kiri sangat tebal. Oh! Bukankah buku paling tebal miliknya hanya satu! Ya, hanya satu! Dan….

Aha…! Aku ingat sekarang. Aku baru mengambilnya dua hari lalu. Yaitu, ketika akan mengerjakan tugas, namun gagal karena diminta Ayah untuk menemani ibu belanja. Lalu… Lalu… Aaahh! Kepalan tangannya meninju telapak tangan kiri dengan gemas.

Dani mencoba mengingat siluet kejadian demi kejadian. Buntu! Dia lupa di mana meletakkan buku statistiknya. Kembali dia menatap jam dinding. Tak ada pilihan. Aku harus mengerjakannya sekarang meski tanpa buku statistik itu.

Dengan gontai dia menuju meja belajar. Sedikit malas, tangannya mengumpulkan kertas yang memenuhi meja. Kertas-kertas terkumpul dan dipindahkan ke lantai pojok kamar. Dipandanginya meja yang kini bebas dari kertas. Ada perasaan nyaman. Namun, ada sesuatu yang dirasa masih kurang. Yah, mejanya belum bersih benar. Ada beberapa kertas yang terjepit antara tepi meja dengan dinding. Dani mencoba menarik beberapa kertas. Tapi, terasa sangat sulit. Dani menarik meja agar menjauh dari tembok.

Brak!!.. Sebuah benda terjatuh dengan berat. Kepala Dani melongok ke bawah meja. “Yess!!.. akhirnya kutemukan buruanku.”

****

Suasana kampus agak lengang dari biasanya. Begitu juga kantin. Dani menyeruput juice avokad yang menjadi kesukaan. Tak banyak anak berkeliaran. Ditatapnya jam yang tergantung di dinding kantin. Masih ada seperempat jam untuk menyegarkan hari dengan segelas juice dan semilir angin yang menerobos kantin pelan-pelan.

“Di sini rupanya kau, Dan.” Sebuah tepukan keras dirasakan pundak kanan Dani. Sebenarnya tanpa menoleh pun, Dani tahu siapa yang sedang berbicara. Siapa tak kenal logat batak yang medok itu?

“Lo sendiri?”

“Bah! Aku? Tentulah aku mau pulang. Buat apa panas-panas begini berlama-lama di kampus?”

Mulut Dani melepas sedotannya perlahan.

“Pulang?”

Laki- laki di depannya mengangguk mantap.

“Trus, tugas statitiskmu?”

“Tugas statistik?” Roni berpikir sejenak. Tak lama kemudian, meledaklah tawanya.

“Ha…ha…haaa…” Buru-buru mulutnya bungkam ketika beberapa pasang mata menatapnya. Atau, lebih tepat melotot ke arahnya.

“Dan…Dan… tahulah aku sekarang kenapa tak masuk kuliah kau tadi. Itu juga yang membuatmu marah-marah padaku, kan?” Roni mendekatkan wajahnya yang penuh jerawat batu ke wajah Dani. Kemudian, punggung tangannya ditempelkan ke kening Dani.

“Hmm… Rupanya, kau benar-benar harus ke RSJ,” ucapnya pelan. “Ingatanmu semakin payah.”

“Eh, apa-apaan lo? Aku bicara soal statistik, bukan masalah penyakit lupaku! Dasar bloon!”

“Ya, ya. Kau tunggu saja sampai mabok, takkan pernah Pak Naryo datang menemuimu.”

“Maksudnya?”

“Karena memang tugas statistik itu baru dikumpulkan minggu depan. Karena hari ini Pak Naryo masih di luar negeri. Bukankah itu yang disampaikan sebelum kuliah statistik berakhir minggu lalu. Begitu mudahnya kau melupakan itu teman?”

“Jadi?”

“Jadi, sebaiknya pergilah kau segera ke dokter jiwa. Ha…haa.. ha..”

Roni pun berlalu meninggalkan Dani bersama juice avokadnya.
Judul : Sang Klepto
Karya : Devi Adilah Sandy

Sang klepto

Aku mendehem, mencoba menggoda seorang teman sekelasku yang tampaknya sedang kebingungan memandangi sekitar kelas. Dan taktikku berhasil, sehingga dia menoleh dengan muka mencurigakan sambil senyum-senyum sendiri dengan tampang sok polos.

Namanya Welly, aku kenal dia sejak aku kelas 5 SD hingga sekarang aku kelas 2 SMA. Dulu dia seperti anak-anak lainnya yang selalu riang dan selalu mempunya prestasi yang bisa di banggakan. Namun semenjak Ibunya meninggal lima tahun yang lalu, dia berubah. Dia selalu murung dan tertinggal dalam prestai-prestasi yang dulu pernah di raihnya. Dia menjadi tertutup dan tampak jelas gurat kekecewaan yang dalam di hatinya.

“Heh! Apa lo liat-liat gue? Kalo naksir bilang aja. Haha.” Ucapannya barusan terlihat bahwa dia sangat salah tingkah melihat aku datang dan memandanginya.

“Yeeeeeeek! Ogah! Jangan ge-er dong! Eh, mau ngapain lo disitu? Itu kan tempatnya Reni, tempat lo kan di pojokan sono noooh!” jawab gue dengan tegas dan berharap dia cepat-cepat pergi tanpa membawa satupun barang yang ada di situ. Terus ku memandanginya dengan tatapan tajam seraya mengusir, dan akhirnya dia pergi dengan muka belagunya itu. Dia tetap berjalan menuju keluar kelas tanpa menoleh ke arahku lagi, dan sepertinya dia memasukkan sesuatu di dalam kantung celananya.

Aku terus berfikir keras apa yang sebenarnya di lakukan Welly tadi, hingga bel masuk kelas berbunyi. Aku takut Welly berulah lagi. Aku takut kejadian dulu saat masih di SMP terulang lagi. Aku takut dia mengambil barang orang lain lagi. Aku takut dia di keluarkan dari sekolah lagi. Aku takut dia di pojokkan oleh teman-temannya lagi. Aku harap bayanganku itu salah dan tidak akan pernah terjadi. Welly adalah seorang klepto. Dan aku takut penyakitnya itu masih di bawa sampai sekarang. Maka dari itu aku selalu berhati-hati dengan barangku walaupun dia sudah ku anggap sobat bagiku.

Dari pintu kelas terlihat seorang Welly masuk dengan tampang liarnya menatap sekeliling kelas sambil senyum-senyum najong. Dan sikapnya itu menandakan dia telah berhasil mendapatkan yang sedang di incarnya. Aku mulai curiga lagi. Tapi aku tetap berusaha diam dan tidak memperdulikannya.

“Kenapa Wel?” tanyaku dengan penuh tanda tanya besar yang terngiang di kepalaku. Aku sudah berteman lama dengan dia,dan aku harap kali ini dia mau cerita denganku walaupun kemungkinannya hanya tujuh puluh persen dari seratus persen.

“Ituh naaa. Aku habis ketemu Chai. Hehehe seneng aku Ay. Ternyata dia manis banget kalo di liat dari deket. Kayaknya aku suka nih sama dia. Haha.” Aku kaget mendengar dia cerita soal cewek denganku. Padahal sebelumnya dia ga se-terbuka ini denganku. Dan aku piker ini adalah perkembangan yang bagus. Berarti kecurigaanku salah. Aku pikir dia seneng habis ngambil sesuatu dari tempat Reni.

“Huuuuuuuuuaaaaaaaaaaa!!! Kok pensil mekanik yang di belikan papaku dari Singapur gak ada yah? Aduuuuhh gimana dong? Mana mahal lagi tuh harganyaa.”teriakan Reni membuat kaget seluruh isi kelas dan aku teringat apa yang terjadi saat jam istirahat tadi di tempat duduk Reni. Segera mataku tertuju kepada Welly yang duduk tepat di sampingku. Tapi tidak ada gurat kecemasan di mukanya, tidak ada muka panik seperti saat di SMP dulu. Dia terlihat tenang dan tetap serius dengan tugas biologinya.

“Wel, lo ga liat pensilnya Reni kah ya? Tadi kan lo yang terakhir dari tempatnya Reni.” Tanyaku dengan hati-hati takut dia tersinggung dan ngamuk membabi buta seperti dulu. Keringat dingin mengucur deras di sekujur tubuhku, bulu kudukku merinding dengan tetap menatap Welly yang sepertinya sedang berfikir keras.

“Hmmm, gak tuh. Gue ga liat. Palingan dia lupa naroh, kan lo tau sendiri dia kayak apa. Teledor. Mana ngesoook banget lagi gayanya. Pencicilan sih jadi orang. Tau rasa deh dia. Udah ga usah peduliin dia. Kerjain aja tuh tugas biologi lo.” Jawab Welly mantap tanpa menyadari apa yang telah dia perbuat itu salah dan akan berdampak buruk.

*

Akhirnya, di rumah aku berpikir keras lagi dan berusaha meyakini kalau Welly benar-benar sudah berubah jadi dia yang dulu. Yang baik,ceria,dan terbuka. Aku harap.

Dan barusan Reni menelpon dan bilang kalau pensilnya ternyata ada di rumah, ketinggalan. Satu lagi bukti yang menguatkan aku harus meyakini Welly sudah insaf. Hatiku lega seperti habis melepaskan beban berat yang ada di pundakku. Padahal aku tau, bukan aku yang harusnya lega, tapi Welly. Aku merasa aku gagal jadi sahabat yang baik jika Welly tetap tidak bisa merubah sikapnya itu. Dan aku bersyukur ternyata dia bisa berubah.

“aku diterima Ay! Di terima! Haha seneng banget aku Ay!” teriakan Welly terdengar di telpon sangat nyaring dan sangat tampak kebahagiaan di dalam ekspresi suaranya. Aku tidak pernah mendengar dia sesenang ini sebelumnya. Dan aku merasa aku juga ikut merasakan kebahagiaannya.

“Waaaaaaaaaw. Selamat yaa Wel. Moga langgeng deh yaa. Ku bantu dengan do’a deh. Hehehe.” Aku bingung harus bertanggapan apa. Aku seperti kehabisan kata-kata. Intinya, aku juga seneng. Aku berharap, cewek yang sama Welly sekarang bisa jadi motivasi buat Welly biar jadi lebih baik lagi dan melepaskan semua jalan-jalan sesat teman-temannya yang sekarang.

Dan, benar saja, cewek yang sekarang sama Welly bener-bener bawa pengaruh baik. Welly jadi semangat belajar dan mulai meninggalkan teman-temannya yang sesat itu. Dan tentunya dia udah bener-bener sembuh dari penyakit kleptonya itu. Sudah hampir delapan bulan hubungan mereka berjalan dengan mulus-mulus saja dan membuat iri semua pasangan karena hampir tidak pernah terdengar masalah-masalah yang ada di hubungan mereka.

Namun pada suatu saat, aku pergi menemani Welly membeli buku di Mall karena katanya Chai harus mengantar adiknya ke rumahsakit untuk check-up. Kami menghabiskan waktu bersama, mengulang lagi pertemanan kami yang mulai goyah semenjak Welly berpacaran dengan Chai. Tapi mendadak perasaanku tidak enak seperti meramalkan yang akan terjadi, di suatu Café terlihat ada seorang cewek berambut hitam panjang, berkulit putih, dan berhidung mancung, sedang bersama seorang cowok bule yang fasih bahasa indonesianya dan tampak mesra. Aku dan Welly kaget. Cewek itu adalah Chai.

Welly segera berlari menuju café itu dan menemui Chai dan cowok bule itu. Chai tampak kaget dan kebingungan melihat Welly datang. Welly sangat marah dan kesal. Ternyata dia baru sadar bahwa selama ini dia hanya di permainkan, sementara Chai tidak pernah mencintai Welly.

Welly kembali kepada keterpurukannya. Hidupnya serasa terkena angin puting beliung dan merusak semua organ-organ tubuhnya. Dia kembali dengan teman-teman lamanya dan mulai berteman dengan minuman keras. Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalu sudah begini. Aku sudah tidak sanggup menghadapinya. Dia kembali dengan hobi lamanya. Dia jadi klepto lagi.

Sudah tiga kali dia di panggil guru BP karena ketahuan mengambil barang temannya. Dan dengan mudahnya dia mengabaikan panggilan-panggilan itu. Aku kecewa dengan dia. Dan aku memutuskan untuk sementara menjauh dari dia sampai dia bener-bener bisa jadi Welly sahabat baikku yang dulu.



weits.. Baru sadar ada browser yang enak buat Facebookan n twitteran...
klo sudah tau syukur lah.. klo mau coba liat nie Linknya:
http://www.flock.com/download/
Pernah dengar gak browser yang kayak ginian namanya!!!!! pasti ada yang belom tau nich, nah sekarang saya akan bagi2kan deh kegunaan dari barang maya yang satu ini! Rekan2 pasti pernah donk berselancar didunia maya dari kantor atau dari lab kampusnya masing - masing. Biasanya sih kebanyakan dikantor - kantor nich si"admin" pasti akan melakukan pembatasan-pembatasan terhadap beberapa situs yang dianggap tidak penting, atau tidak berkaitan dengan ruang lingkup akses mereka. Misalnya saja, anda ingin mendownload lagu dari akses yang disediakan oleh kantor, tapi tiba2 di blok oleh si"admin", wah pasti sebel banget dech!!!!!!!!

Nah, itulah gunanya artikel ini menjawab segala pertanyaan anda tadi? Ok C-Kiosk Anonymous Browser merupakan browser yang memiliki kelebihan yang ringan kinerjanya dan dapat langsung dijalankan tanpa harus diinstal atau yang sering disebut oleh orang-orang Standalone Aplication atau anonymous Browser. Lebih dari pada itu sebenarnya kegunaan utama dari browser satu ini adalah dapat menembus pembatasan2 yang dilakukan oleh sebuah admin seperti yang saya katakan diatas tadi.

Lebih lanjut browser ini menyediakan 2 mode yang dapat user gunakan yaitu mode A dan Mode B, dimana Mode A dapat kita gunakan untuk Bypass situs koneksi langsung, sedangkan mode B lebih kepada surfing situs yang di blok aksesnya melalui sebuah software yang dilakukan salah satu server.

Tanpa banyak cincong, bencong, atau kinclong laennya.. lie gua kasi linknya:
http://www.ziddu.com/download/10403202/C-kiosk.rar.html

Met Download

nie previewnya klo mau download klik ato CoPast(copy paste) link dibawah ini:


Bosen dengan browsing menggunakan browser yang biasa".
Didukung dengan kecepatan yang tak kalah dengan web browser lain...
Saatnya browsing dengan browser berwana PINK
Cute banget dengan warna pinknya
Biar browsing tidak jenuh.
Moga ber manfaat..
Tuesday, June 22, 2010
Judul : Cintaku pada Siapa?
Karya : Mohamad Faizal

Cinta...
Aku datang hanya membawa cinta...
Cinta yg hadir dengan penuh mesra..
Yang ingin dipeluk mu sepenuh jiwa..

Cintaku bukan cinta yg penuh dusta...
Atau cinta yg penuh misteri belaka...
Ataupun cinta yg penuh teka-teki semata...

Cintaku hanya...
Cinta yg hadir dalam lubuk jiwa..
Cinta yg tulus dari dasar hatinya..
Cinta yg lembut penuh kasih sayang..
Cinta yg berisikan mutiara cinta...

Ku ingin kau mengerti cintaku...
Cinta dalam ketulusan jiwaku..
Cinta nan penuh pengorbananku..
Cinta yg hadir hanya untukmu..

Cintaku bukan cinta yg terbeli...
Cinta yg hadir dengan segala materi..
Cintaku tulus sepenuh hati...

Cinta...aku mencintamu Cinta....
Judul : Antara Sahabat dan Cinta
Karya : Ayu Puspita

kini bibirku tlah beku, tak mampu lagi berucap
mataku tlah terpejam, tak mampu lagi menatapmu
tak sediqitpun keberanianku tuk berhadap denganmu

kau bukan lagi sahabatku yg dulu
sadarkah, sgala yg tlah ku beri slama ni,,
smua itu ku lakukan karena kau sahabatku
namun kau tlah salah mengartikannya

kau fikir ini cinta?? kau salah!!
bagaikan seorang seniman besar
yang tlah berhasil menyelesaikan karya terindahnya
kau pamerkan semua ini pada orang sekitarmu

dengan paras kemenanganmu
kau paparkan bahwa aku mencintaimu
sadarlah,, ini hanyalah rasa persahabatan
bedakan antara sahabat dan cinta

aku hanya seorang teman
yang sekedar ingin menjadi sahabat terbaikmu
namun apa yang kau lakukan
kau hancurkan semua,,

sikap dinginmu yang sengaja kau tunjukkan
sebagai rasa protesmu akan cinta,,
cinta yang sebenarnya tak pernah ada
jauh dalam hatiku,, aku rindu akan dirimu yg dulu
Judul : Aku, Wajah Gelap Masa Lalumu
Karya : Deni Sukoni

aku adalah wajah gelap masa lalumu
yang takkan lepasakanmu begitu saja
meski harusku manahan
siksa perasaanku sendiri...

aku sperti batu yang tak pernah bisa mengerti
betapa engkau kini tlah bosan
hadapi aku yag tak pernah bisa pahami
arti perasaaanmu....

aku dan kisah kelabuku denganmu
biarlah hanya aku yang tahu & mengerti
karena aku yang pernah menyakiti......

aqu, wajah gelap masa lalumu...........
Judul : Ku Panggil Namamu
Karya : WS. Rendra

Sambil menyeberangi sepi
kupanggil namamu, wanitaku
Apakah kau tak mendengarku?

Malam yang berkeluh kesah
memeluk jiwaku yang payah
yang resah
kerna memberontak terhadap rumah
memberontak terhadap adat yang latah
dan akhirnya tergoda cakrawala.

Sia-sia kucari pancaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu
yang kini sudah kulupa.
Sia-sia
Tak ada yang bisa kujangkau
Sempurnalah kesepianku.

Angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka.

Berulang kali kupanggil namamu
Di manakah engkau, wanitaku?
Apakah engkau juga menjadi masa silamku?
Kupanggil namamu.
Kupanggil namamu.
Kerna engkau rumah di lembah.
Dan Tuhan ?
Tuhan adalah seniman tak terduga
yang selalu sebagai sediakala
hanya memperdulikan hal yang besar saja.

Seribu jari dari masa silam
menuding kepadaku.
Tidak
Aku tak bisa kembali.

Sambil terus memanggil namamu
amarah pemberontakanku yang suci
bangkit dengan perkasa malam ini
dan menghamburkan diri ke cakrawala
yang sebagai gadis telanjang
membukakan diri padaku
Penuh. Dan Prawan.

Keheningan sesudah itu
sebagai telaga besar yang beku
dan aku pun beku di tepinya.
Wajahku. Lihatlah, wajahku.
Terkaca di keheningan.
Berdarah dan luka-luka
dicakar masa silamku
Judul : Mimpi
Karya : anonim

Setiap malam kuberharap dapat melihatmu
sebelum tidur ku memikirkanmu
berharap kaupun memikirkanku
berharap dapat merasakan hadirmu
walaupun ku tak tau kabarmu
ku yakin kau pasti bahagia

Malaikatpun menjawab harapanku
saat itu ku dapat melihatmu lagi
merasakan hadirmu
merasakan hangat kasihmu
pagipun tiba, ternyata itu hanya mimpi
kupejamkan mataku lagi berharap kembali kedalam mimpiku
tapi kutak dapat melanjutkan mimpiku

Malampun selalu ku tunggu
untuk dapat melihatmu
ku teriak dalam hati agar kau dapat mendengar
kembalilah, jangan pergi
ku hanya rindu kasihmu
Judul : Isi Hatiku
Karya : anonim

Kuukir namamu dilangit ,
tapi terhempas oleh angin
Lalu kembali kuukir di laut,
namun dihempas oleh ombak
Walaupun aq menulis namamu dimana-mana,
tetap saja selalu hilang
Aq lalu berpikir untuk menulis di hati
Dan ternyata nama tersebut tidak pernah hilang
Aq sadar kalau nama bukanlah segalanya untuk cinta
Tapi dengan kutulis namamu aq tau bahwa nama itu ga pernah hilang

About Me

My Photo
Eka Satya Wardana
Laki-laki yang berusaha untuk tidak mengecewakan orang lain, tetapi dengan caranya sendiri.. if I should be strong, I will be That..
View my complete profile